About Me

My photo
petite, talk active, books lover, mind jumper

Tuesday, April 26, 2011

Perlu Waktu untuk Tahu

Perlu waktu untuk tahu, selalu ada maksud tertentu dibalik semua rencana Penciptamu.

Kepergian seseorang dalam hidupmu, membuatmu tahu apa arti kehadiran mereka buatmu. 

Saat Tuhan mengujimu dengan masalah yang kamu anggap berat buatmu, anggap saja itu ujian kenaikan kelasmu. 

Ketika teman-teman berpaling darimu, Dia ingin kamu kembali dekat pada Tuhanmu. 

Saat seseorang berhasil membangkitkan amarahmu, Tuhan ingin melihat seberapa dalam kasihmu kepada sesamamu.

Ketika kamu kehilangan benda yang berharga buatmu, Dia hanya ingin mengajarkanmu, semua benda itu fana dan semu.

Saat kamu memohon diberikan seseorang untuk jadi pendampingmu,  Tuhan mungkin belum memberimu. Karena waktu yang tepat belum datang untukmu.

Dia memang tidak memberi apa yang kamu mau, tapi Dia tahu apa yang paling perlu buatmu. Karena Dia Sang Maha Tahu..

Dua Hatiku

Sepertinya aku terbutakan oleh cintamu. Kata hatiku yang lain kepadaku : ah,itu karena kamu dungu! 

Aku rindu tapi menjadi kelu saat menyapamu. Dan hatiku yang lain mendahuluiku: salahmu, sudah tahu dia mengacuhkanmu. 

Aku suka perhatianmu, hatiku yang lain membalasku : kamu tahu, dia hanya mencoba baik kepadamu.

Aku mau kamu tahu isi hatiku. Suara hati lain bernada jengkel menegurku : ah, percaya padaku, perasaanmu tidak akan seabadi itu.

Aku masih ingat masa -masa indah bersamamu. Itu karena kamu tidak membiarkannya berlalu, hatiku yang lain sontak membentakku.

Dan, sepertinya aku harus melupakanmu dan memulai lembaran baru. Kali ini tidak ada suara hatiku yang lain yang membantahku..

Nara



Sudah lebih dari 15 tahun aku bersamanya, dan kata siapa jalan itu selalu rata? Tidak, kami pernah berselisih kata, untuk hal yang kami tidak sepakati bersama. 

Tapi setelahnya aku selalu bisa kembali kepadanya. Untuk bertukar cerita, bagaikan halaman buku yang terbuka.


Kadang perasaan yang berbeda itu ada. Namun selalu saja ada rasa, dia tetaplah sosok yang sama bahkan setelah lewat satu dasawarsa

Mungkin kami tidak selalu bersama, bahkan masing-masing menempuh jalan yang berbeda. Namun dia selalu ada. Ya, dia Nara. Sahabat di kala suka dan duka. Tempat bercerita untuk hal-hal yang tidak biasa..


Monday, April 25, 2011

Di Kafe Itu

Aku termangu, memandang di sudut kafe itu. Berharap, sosok yang sedang duduk itu adalah kamu. Namun bayangan itu berlalu, secepat angin di sore itu.

Kuaduk teh pesananku, dan kilasan-kilasan bagai film itu pun bermain di benakku. Jarimu, saat sedang membuka lembaran-lembaran buku atau saat memindahkan cangkirku. "Takut tumpah" katamu waktu itu. Dan aku masih belum lupa kejutan itu, buku yang kau hadiahkan buatku.

Dan di cafe itu, akan selalu menjadi kenangan untukku, di suatu hari di akhir minggu, seseorang telah jatuh cinta kepada mu, dan itu aku.. 
Suara waiter menyentakkanku." Maaf Kak, kami mau tutup". Ah, tidak terasa sudah separuh hari aku memikirkanmu.

Aku beranjak, menutup buku dan juga hatiku. Mungkin kamu memang hanya angin lalu di kehidupanku dan cerita itu bukan untukku..


Tuesday, April 19, 2011

Angin di Padang

Jika kamu angin yang datang menyejukkan padang, maka aku tidak mau sekedar menjadi ilalang yang bergoyang.  Aku mau menjadi kijang, yang berlari riang melintasi padang.


Jika kamu ombak yang datang  memecah pantai, maka aku tidak mau menjadi karang. Yang menunggumu dengan diam  dalam keheningan. Aku mau menjadi mercusuar yang menjulang dan memberikan sinar terang bagi kapal yang hampir karam.

Jika kamu datang untuk singgah di hati hanya sebatas hitungan, maka aku akan terus berjalan, dan mengingatmu dalam kenangan. Karena aku tidak mau tenggelam dalam bayangan dan harapan..

Wednesday, April 13, 2011

Tentang Pohon, Ladang Jagung dan Aku

Dulu, setiap berangkat atau pulang sekolah, ada moment yang selalu kutunggu. Ya, melihat pohon yang dibawahnya ada jembatan bambu.

Memandangnya dari balik kaca jendela saat berkendara, aku selalu suka melihat daunnya.  Hijau warnanya dan menyentuh aliran air dibawahnya. 

Sayang aku tidak tahu pohon apa namanya. Aku menyebutnya dengan Pohon Kalpataru. 
Ah, jangan tertawa, itu nama yang terlintas di benakku sejak pertama melihat pohon itu. 
Entah kenapa, memandangnya saja  menimbulkan damai di jiwa. Biasanya, pikiranku langsung berkelana, mencoba merangkai cerita dan membaginya dengan sungai yang mengalir di bawahnya. 

Namun sayang, tepat ketika kendaraan berbelok di tikungan, Pohon Kalpataru-ku pun lenyap dari pandangan.

Aku juga suka memandang sekumpulan ladang jagung, dengan rel kereta di tengahnya dan sebaris gunung hijau di belakangnya bagai sang penjaga.

Kadang ladang jagung itu tidak seindah biasanya, terutama saat panen tiba, dan hanya semak yang tersisa. 

Namun bagiku, pohon dan ladang jagung itu bagai taman bermain di benakku, tempat dimana aku selalu berbagi potongan-potongan kisah tentangku..


Hilang Begitu Saja

Dan engkau hilang begitu saja, saat aku berhasil membuka rasa. 

Dan engkau hilang begitu saja, saat aku mencoba percaya bahwa cinta itu ada. 

Dan engkau hilang begitu saja, saat hanya bersamamu aku bisa menikmati senja dan tertawa.

Dan engkau hilang begitu saja, saat rindu semakin membuncah di dada

Dan engkau hilang begitu saja, saat aku tersadar bahagia menjadi begitu hampa.

Dan engkau hilang begitu saja, saat aku coba merangkai cerita yang bahkan bagai tidak nyata

Dan engkau hilang begitu saja, bagai kabut yang lenyap saat pagi tiba.

Tapi aku suka,  walaupun perih di jiwa, kisah itu tak akan kulupa..





Tuesday, April 12, 2011

Tantangan dan Kenangan

Bulan ini tepat setahun  saat aku memutuskan untuk lebih mengejar tantangan dan meninggalkan zona nyaman. 

Memilih untuk meninggalkan semua kenangan dan jaringan pertemanan.
Memilih untuk pergi di saat diri sedang di puncak energi. 

Tantangan itu tidak selalu gampang, kadang berupa bukit yang terjal dan jalanan berlubang. Namun , dia bisa berupa hal yang mahal, sebut itu pengalaman.

Kenangan tak akan pernah hilang, zona nyaman itu membentuk perjalananmu melangkah ke depan. 
Dan tetap keputusan memilih ada di tangan teman-teman.

Setahun ini aku menengok ke belakang, untuk bilang : terima kasih atas semua pelajaran dan kenangan..




Monday, April 11, 2011

Rindu Tabu

Aku tahu rindu ini tabu, karena selalu harus menunggu kamu untuk menghubungiku terlebih dahulu. 

Aku tahu rindu ini tabu, karena sudah 5 tahun berlalu namun rasa itu masih tersisa di kalbu.

Aku tahu rindu ini tabu, karena bahkan saat aku bisa mengucapkan kata itu, kamu hanya tersenyum menanggapiku.

Aku tahu rindu ini tabu, ketika kamu tidak selalu ada disaat aku butuh bahu untuk mengistirahatkan letih yang terlalu.

Aku tahu rindu ini tabu, ketika semua teman yang bicara  tentangmu kuanggap sebagai angin lalu. 

Aku tahu rindu ini  tabu, ketika naif dan bodoh hanya berbeda garis setipis bulu.

Aku tahu rindu ini tabu, ketika kepercayaan itu ternyata hanya semu.

Tahukah kamu? Rindu kali ini sudah tidak lagi tabu,karena aku sudah tidak bisa menemukan kembali perasaanku yang dulu.
Dan aku bersyukur untuk itu..








Cerita Itu Takkan Pernah Usai


Hari ini tiba-tiba aku teringat Ibu kembali. Teringat ketika aku menemui Ibu di airport  sebelum berangkat umroh. 
Salah satu rombongan umroh Ibu bertanya: “Ini cucu Ibu ya?” Aku  menjawab dengan senyum : “Bukan, saya anak Ibu bukan cucunya”.
Dan Ibu menyambung dengan kalimat : “Cucu saya masih kecil”.

Aku tidak memperoleh cerita lengkap perjalanan umroh Ibu, karena saat aku pulang memori Ibu sudah tidak selengkap dulu. Tapi yang pasti, aku mendapat satu sajadah dari Ibu, yang sudah disiapkannya untukku. Adikku yang memberikan padaku, saat itu Ibu bilang : simpan satu untuk kakakmu.

Kepulangan Ibu ke rumah-Nya masih belum lama, dan aku kadang merasa Ibu masih ada. Entah berapa kali, saat ada hal yang bisa dan ingin  aku tanyakan ke Ibu, aku meraih handphone dan ingin menelpon Ibu, dan saat itu aku baru sadar, Ibu sudah pergi.

Ibu, aku tahu, aku tidak boleh membebani Ibu dengan perasaanku. Tapi aku ingin Ibu tahu, aku sungguh berharap bisa mendengar cerita lengkap perjalanan umroh Ibu. Aku ingin Ibu tahu, aku sungguh rindu percakapan kita lewat telepon tiap minggu..

Piring , Nina dan Gina

Seorang teman bercerita, tetangganya, pasangan usia senja memiliki sepasang piring yang selalu dipakai dari awal menikah hingga sampai maut memisahkan mereka.


Sepasang piring itu diperuntukkan hanya buat mereka, dan tidak ada yang boleh memakainya. Sayang cerita ini berakhir tidak bahagia, sang suami meninggalkan sang istri untuk menghadap-Nya. 

Dan saat ini, piring itu hanya dipakai sendiri oleh sang istri yang selalu berurai air mata setiap menggunakannya.


Teman lain di benua yang berbeda ,mempunyai hobby menamakan gadgetnya dengan Nina. Dan bercerita di dunia maya, bahwa dia sedang berduka. Karena si Nina, telah habis masa tugasnya.

Aku juga punya nama, untuk benda yang aku suka. Namanya Gina,  gambar jerapah yang diberikan seseorang, saat awal-awal yang menimbulkan perasaan bahagia...

Sunday, April 10, 2011

Persahabatan

Perkenalkan, kami datang dari berbagai lingkungan, dengan satu tujuan : pertemanan.

Panggil dia Doni, dari Bukit Tinggi. Hobby-nya menulis dan me-review film dan tidak keberatan mendengarkan  curahan hati. Paling suka berteori dan pendorong semangat sejati. 

Sebut dia Deni, paling chubby, pendiam namun pemerhati.  Jangan tanya, celetukannya mampu mengubah suasana jadi ria dan selalu suka menolong dengan rela.

Well,dia Tiur. Gadis Batak asli Surabaya. PNS bersahaja yang bercita-cita bekerja di TV swasta. Selalu berusaha untuk ikut di setiap acara namun sering lupa bahwa waktu tidak selamanya ada. 

Ah, namanya Fahri. Kesayangan seluruh teman. Bekerja sebagai finance dan kehadirannya selalu tanpa beban.

Sebut dia Ladya, art-ist sejati. Cantik dan baik hati. Petualang dan selalu suka belajar tanpa henti. Mempesona serta penyeimbang diri untuk setiap suasana hati.

Dan saya? Seseorang yang beruntung dikelilingi sahabat-sahabat yang selalu siap berbagi  di setiap saat..

Friday, April 8, 2011

Cerita Capung

Mendadak aku rindu menangkap capung, mengikatnya dengan benang, menyisipkan sayap kertas bak pesawat terbang dan menerbangkannya di tengah padang ilalang.
Padang ilalang di tanah kosong di samping rumahku di kampung halaman.

Dan capung-capung pun berputar di benakku bagai film yang muncul dari masa lalu.

Lihat itu Capung Kerbau, paling besar, gagah dengan tubuh berwarna hijau bagai sang Raja. Di ujung padang, seekor capung cantik melintas, ya dia Capung Emas, capung paling cantik dengan sayap dan badannya yang kemerahan.

Hoho, ini favoritku dan satu kebanggaan jika berhasil menangkapnya dengan jepitan ujung jari. Ya Capung Terasi, ramping, berwarna hitam dan paling lincah saat terbang. 

Ah, pandanganku teralihkan oleh seekor capung kecil dan tipis, mirip jarum, mudah patah dan ringkih.Namun warna biru di badannya paling mempesona.Aku menamakannya Capung Jarum.

Semilir angin, wangi rumput, senja yang akan turun,membuatku betah bermain di padang.
Dan biasanya kegiatan menangkap capung itu terhentikan oleh suara Ibu yang memanggilku untuk mandi sore dan bilang bahwa Maghrib sudah menjelang. Sungguh, aku rindu masa itu...