About Me

My photo
petite, talk active, books lover, mind jumper

Wednesday, March 30, 2011

Pulang

Dan rumah pun masih menyisakan kehangatan aromamu. Aku tercekat, saat melihat di kamar belakang, tergantung kardigan abu-abu yang terakhir Ibu pakai. Kutanya adikku, seakan berharap jawaban yang muncul adalah : Ibu yang pakai Mbak. 

Ada sedikit harap, bahwa Ibu akan muncul dari kamar, menyapaku dan bilang makanan kesukaanku sudah siap  dan sprei di kamar sudah diganti supaya aku nyaman.
Ah, namun harapan itu pudar, aku tersadar, bahwa kepulanganku saat ini adalah untuk  mengenang 100 hari kepulangan Ibu ke rumah –Nya

Aku semakin  heran saat melihat korden di depan diganti dengan warna baru. Kata adikku, itu korden pesananan Ibu. Penjualnya datang dan bilang kalau sebelum Ibu berpulang, Ibu pesan korden  untuk jendela depan.

Hari itu aku datang mengunjungi peristirahatan terakhir Ibu. Gundukan tanah ini masih tinggi dan basah. Kulihat ada tunas hijau yang masih baru, kata adikku itu melati untuk Ibu.

Kupanjatkan doa dan menghela nafas panjang ,  Ibu, aku masih rindu..

Monday, March 28, 2011

Tentang Cicak, Nyamuk dan Ikan Hias


Teman, punya nggak rasa tidak suka terhadap satu jenis binatang tertentu? Tidak tahu kenapa, saya tidak begitu suka dengan cicak, bukan jijik, cuma rasanya kehadirannya membuat saya feel insecure, aneh ya? :) 

Lebih aneh lagi adalah saat saya menangis demi seekor cicak yang biasanya melihat sosoknya saja selalu membuat saya ngubek-ngubek seluruh kamar untuk membuatnya keluar.

Ceritanya suatu hari, ada seekor cicak yang mencoba masuk ke kamar, saya beradu cepat dengannya untuk menutup pintu kamar. Namun, cicak itu kalah cepat, dia terjepit diantara engsel pintu, tidak bisa bergerak. 
Dan pintu pun jadi stuck, antara terbuka enggak, tertutup belum. Saya pun terjebak di dalam kamar tidak bisa keluar. Mau menutup pintu, saya tidak tega dengan si cicak.  

Dan percaya nggak, saya menangis demi si cicak, binatang yang selalu saya kejar-kejar keluar kamar. Saya menangis karena merasa sangat egois, dimana saya berusaha nyaman dengan mengabaikan hidup makhluk lain. Saking bingungnya, terduduk di lantai dan masih menangis, saya berdoa supaya cicak itu bisa selamat.

Sepertinya Tuhan mendengar doa saya, beberapa menit kemudian, saat saya melongok ke engsel pintu, secara ajaib cicak itu pun sudah raib!

Ternyata rasa kasihan terhadap binatang [bukan piaraan] tidak hanya saya alami sendiri. Seorang teman bahkan bercerita, dia pernah menepuk seekor nyamuk. Setelahnya dia merasa sangat berdosa setelah melihat nyamuk itu terkapar. Tahu apa yang dilakukannya? Diambilnya nyamuk itu, ditaruhnya dalam lembaran tissue berikut obat merah dengan maksud untuk mengobati luka si nyamuk. Yang pasti saat kembali, dilihatya tissue itu sudah kosong. Entah si nyamuk sembuh dan terbang lagi atau terjatuh dan lenyap.

Teman yang lain, dia memiliki piaraan ikan hias, saat listrik mati, takut ikan-ikan di akuariumnya kehabisan oksigen, diberikannya ikan-ikan itu napas buatan. Yes, mouth to mouth :)

Mungkin ini sentimental, atau rasa kasihan, yang pasti cerita-cerita tersebut selalu berhasil membuat saya tersenyum. 

Herannya hingga sekarang, saat melihat cicak masuk kamar, saya masih saja mengejar-ngejar dan mengusirnya keluar dari kamar.





Friday, March 25, 2011

Hey

Hey,  
Bolehkah aku bilang kalau aku suka dengan perhatianmu? Dengan keindahan jarimu hanya dengan melihatnya memainkan permainan di gadgetmu?  

Bolehkah aku bilang kalau aku mulai kecanduan untuk sekedar menyapamu dan tersenyum senang saat membaca balasan pesan darimu?

Bolehkah aku bilang aku masih terkesan dengan buku bacaan yang kamu bawakan? Dengan jaket yang kamu pinjamkan saat aku kedinginan?

Bolehkah aku bilang, kalau kamu adalah orang yang berhasil memenangkan hatiku hanya dalam kurun waktu  kurang dari 1 bulan?

Bolehkah aku bilang, kalau perperangan terjadi di hatiku saat aku memutuskan untuk tidak terlalu sering berkomunikasi denganmu? 

Bolehkah aku bilang, karena sebenarnya aku takut perasaan ini hanya bertepuk sebelah tangan? 
 






Hujan

Aku suka hujan, terutama jika pagi menjelang dan di akhir pekan. Aku juga suka hujan saat senja datang serta memandanginya dari balik jendela belakang.

Aku suka hujan, aromanya mengingatkanku akan kampung halaman. 
Aku suka hujan dengan ditemani secangkir minuman hangat dan buku bacaan. 
Aku suka hujan, karena selalu membawa kesegaran.

Aku suka hujan, dan dia belum  tergantikan..

2 D

Suasananya masih seperti tahun kemarin, orang-orang yang berlalu-lalang, suara porter bandara yang berjalan cepat,penumpang yang tergesa mengejar pesawat.

Aku  tersentak, teringat setahun kemarin, tepat di sebelah kios souvenir, aku bertemu Ibu sebelum keberangkatanya ke Tanah Suci. Teringat Ibu yang tersenyum saat salah seorang temannya berkomentar tentangku : Ini cucunya ya Ibu? Dan Ibu menjawab : bukan, ini putri saya.  


Tapi kedatanganku di terminal 2 D ini bukan  untuk bertemu Ibu lagi. Kali ini aku mengantar adikku untuk trip ke-3 nya. Singapura - Frankfurt - Florida, sebelum 10 bulan kemudian dia berkeliling dunia untuk mengejar mimpinya.

Dan tetap, bagiku terminal 2D selalu menyisakan aroma yang sama : perpisahan...





Wednesday, March 23, 2011

A Blessing or A Curse - an Original Version

Ini adalah versi asli dari tulisan saya yang sempat di muat di majalah favorit saya : Cita Cinta. It was a surprise, mengingat tulisan saya dimuat hampir satu tahun dari saat saya mengirimnya. Saya bahkan hampir lupa kalau pernah menulis dan mengirimkannya ke majalah. Yang pasti saat itu, saya sadar merasa De Javu ketika paragraf pertama selesai saya baca yang membuat saya menelusuri akhir tulisan dan menemukan nama saya di ujung kanan bawah :)



Blessing or Cursing


Saya tidak tahu apakah ini blessing or cursing [ istilah ini saya dapat dari temen kantor saya], di usia yang 20-an akhir, saya dengan proporsi tubuh yang kecil [ tinggi nggak nyampe 155 cm, berat paling pol 40 kg], sering dikira masih kuliah. Ini masih tahap wajar. Yang nggak wajar adalah ketika saya dealing by phone dengan seseorang dan ketika tiba waktunya ketemu, ada beragam ekspresi yang terlontar : “Tahu nggak sih? Dealing sama kamu kayak ma anak SMP”.

Tanggapan saya cuma hahahehe. Secara gaya dandan saya sporty habis dengan rambut ekor kuda, keds,  singlet, jacket, sling bag dan topi.

Ini masih belum parah, ketika meeting dengan salah satu manager artist, pertanyaan pertama yang terlontar adalah : “How old are you?” Saat saya bilang usia saya, komentar tambahan yang muncul adalah : “Looks like twelve..”AARGGHHH!
Walaupun kecil gini, tapi suara saya di telpon memang menipu, orang sering berpikir bahwa saya adalah sosok yang tinggi [ I wish, hehe], sedikit galak, tegas, dsb dst.
Tapi ya itu, setelah ketemu, saya jadi ‘mengecewakan’ banyak orang, hehe.

Ada lagi, jika saya merunut ke belakang, terutama sejarah percintaan saya , mostly yang naksir saya adalah cowok-cowok dengan usia jauh dibawah saya. Saat saya semester 9, ada cowok kelas 3 SMU PDKT ke saya. Dari antar hingga jemput dia bela-belain demi saya. Saat sudah lulus kuliah, adek kelas yang selisih 5 tahun di bawah saya ‘nembak’. Udah ditolak juga masih keukeh. Belum lagi soal foto. Ada teman dari teman yang notabene masuk kategori brondong, liat foto saya di YM komentar  : “Siapa tuh yang di tengah? Lucu kayak anak SMA” . Huaa….

Yang tergolong baru,  ada teman ngenalin saya dengan Febi, keponakannya yang berusia 5 tahun, komentarnya cuma : “Bi, liat deh tantenya sama tinggi ya ma kamu..” Hiks..!
Yang parah lagi, bos saya baru ngeh usia saya yang sebenernya ya kemarin-kemarin ini. Dan beliau cuma komentar : Kamu kecil sih..makanya nggak ketahuan umurnya.

Pertanyaan-pertanyaan lain yang sering muncul adalah : Lu kalo beli baju di counter anak-anak ya? Gubrak! Gini-gini khan saya punya shape wanita, walaupun jeans size 25 dengan permak sana sini [ teutep].

Selalu di’ceng-in’ karena ukuran saya yang extra ordinary ini? Wah itu sudah bagian dari hidup. Dari topik saya yang harusnya dimasukkan ke kategori infant kalau naik pesawat, harus bawa KTP lah kalo mau clubbing, sampai ditanyain apa saya sudah seterika seragam sekolah, dll . 

So far masalah blessing or cursing ini sih saya terima aja, terserah dari sudut pandang mana orang ngliatnya. Habis gimana lagi? Pertumbuhan sudah mentok dan gak bisa diutak-atik lagi.

Tuesday, March 22, 2011

Hari ..

Aku tidak tahu, akhir-akhir ini aku suka dengan kegiatanku : menghitung hari..

Aku menghitung bahwa sudah lebih dari 100 hari kepulangan Ibu ke rumah-Nya, dan lubang di hati itu masih tersisa dan rasa rindu itu masih tetap sama. Bahkan ketika doa berfungsi sebagai media, aku hanya bisa berkata : Ibu, aku harap Ibu bahagia di atas sana.

Aku menghitung bahwa sudah lebih dari 300 hari aku pindah ke tempat dan suasana baru. Mencoba meraih mimpi di tempat yang akhirnya aku bisa menikmatinya.
Aku menghitung, hanya dalam 3 hari, seseorang berhasil memenangkan hatiku hanya dari untaian kata dan obrolan biasa.


Dan aku tidak tahu, sampai kapan aku akan terus tergoda dan menikmatinya, untuk menghitung hari..

Monday, March 21, 2011

Cinderella Tanpa Sepatu Kaca

Saat sedang menonton DVD film negeri tetangga, mendadak aku tersentak, ah, aku punya kisah yang hampir serupa. Dan tiba-tiba tangan pun tidak berhenti mengirimkan BBM kepada seorang teman, mencoba berbagi cerita dan berujung dengan ajakan untuk coba dituliskan..

Bertahun lalu, saat kepulanganku dari Denpasar ke Semarang, di satu terminal, seseorang mendadak menyapa, menanyakan nomor kursi yang kebetulan tepat di sebelahku. Bertukar senyum sebagai awal sapaan lalu kami pun tenggelam dalam kesibukan. Sebaris nama pengarang terbaca dari buku yang dia pegang , penasaran kata pun terlontar : "Suka Remy Sylado juga ya?" Dan percakapan berlanjut dengan saling bertukar bekal. Separuh perjalanan bahkan belum tertempuh, namun kami sudah mulai bebagi cerita bagaikan sepasang teman lama.  


Bus tidak terlalu penuh penumpang kali ini, dan dia pun bercerita kalau dia sudah tahu dari awal kalau tidak banyak penumpang yang datang dan memutuskan tidak pindah ke bangku yang kosong karena kasihan pada sesosok perempuan kecil yang tampak kesepian. Kami bahkan merasa tidak perlu untuk saling bertukar nama, namun memutuskan saling memanggil dengan Sailor dan menyebut dirinya dengan Tuxedo  karena dia tahu kegemaranku akan Sailor Moon dan Mamoru Chiba.

Dia ke Semarang untuk urusan pekerjaan, entah apa yang mendorongnya untuk menuliskan nomor handphonenya di sebuah kertas dan memberikannya kepadaku, katanya : Untuk Sailorku..

Dan SMS pun tidak berhenti dari waktu itu, pagi hingga malam menjelang. Berakhir dengan sebuah janji : dijemput untuk diajak jalan-jalan. Dari makan siang, nonton, makan ice cream home made favorit dia hingga dinner romantis dengan city view dan seikat sedap malam yang diambilnya dari vas besar di lobby restoran.


Dua minggu berlalu, hari itu aku dijemput untuk merayakan ulang tahunnya di sebuah restoran lain yang belum pernah dia kunjungi. Cerita mengalir, tentang keluarganya dan kepindahannya ke Bali. Saat malam menjelang, mendadak sebuah suara memanggil namaku. Tersentak aku menoleh, ternyata dia yang memanggilku. 
Ya,akhirnya dia tahu namaku, dari nama di bill restoran yang kebetulan waitressnya adalah seseorang yang mengenalku.

Dia hanya tersenyum dan untukku, nama dia masih menyisakan tanda tanya. Namun akhirnya, dengan sedikit usaha, aku mengetahui namanya. Dari seorang teman yang kebetulan bekerja pada atasan tempat dimana Tuxedo sedang mengawasi project pekerjaannya. 

Aku hanya tahu, aku jatuh cinta pada dia,hal yang tidak mungkin dan tidak boleh mengingat dia sudah terikat . Sebuah pesan SMS masuk, terbaca dari My Tuxedo: Kasih itu sabar..

Aku mencoba melupakannya, kisah indah yang tidak bakal terlupa. 

Setelah sekian lama, saat aku sedang mengisi pulsa, di sebuah plaza, mendadak pandanganku terpaku pada sesosok pria yang sedang menuruni tangga, ya, dia Tuxedo-ku.
Kami hanya bertukar sapa, berusaha lupa, bahwa beberapa bulan yang lampau, dalam kurun waktu yang tidak lama, sebuah kisah Cinderella telah terenda, namun kali ini Cinderella tanpa Sepatu Kaca..